Melihat Masa Depan Jurnalisme di Era Digital Melalui Kacamata Kecerdasan Buatan, Apakah Mungkin?
Jurnalisme di seluruh penjuru dunia sudah mulai mengaplikasikan AI dengan berbagai metode. Ini menunjukkan kemajuan jurnalisme di era digital mulai memanfaatkan kecerdasan buatan yang berpengaruh pada pekerjaan mereka.
Meningkatnya peran artificial intelligence ini juga dipengaruhi oleh media sosial.
Guna meningkatkan kualitas konten mereka, perusahaan media akhirnya melakukan eksplorasi pendekatan yang beragam untuk mulai mengadopsi teknologi baru ke dalam bidang jurnalisme.
Seperti apa implementasi kecerdasan buatan untuk menunjang jurnalisme di era digital? Simak selengkapnya pada artikel berikut!
Mulai melakukan survey pada pemimpin redaksi
Sebuah tim survey menyusun lebih dari 20 pertanyaan yang ditujukan untuk ruang redaksi di seluruh benua. Survey ini disarankan oleh para pemimpin ruang redaksi dari Eropa, Amerika, dan Asia Pasifik.
Survey dilaksanakan untuk mencari tahu jawaban, mulai dari teknis (teknologi AI mana yang telah diadopsi) hingga etika (pengetahuan tentang bias AI dan cara menghindarinya).
Tanggapan mereka yang beragam akan diolah dan diterbitkan sebagai penggambaran bagaimana media saat ini menggunakan – dan selanjutnya dapat mengambil manfaat dari teknologi AI.
Penulisan otomatis menggunakan kecerdasan buatan
Selama bertahun-tahun, media harus bergantung pada para jurnalis ahli untuk memproduksi berita atau melaporkan peristiwa setiap harinya.
Namun setelah munculnya teknologi AI untuk dunia jurnalisme, ada strategi baru yang dapat diimplementasikan untuk menghemat waktu dalam memproduksi konten.
Artikel berita biasa atau yang mengandung laporan dapat ditulis oleh AI sehingga jurnalis profesional dapat fokus menulis artikel yang butuh pengembangan lebih dalam.
Beberapa perusahaan media, seperti BBC, Washington Post, atau Bloomberg, telah menggunakan kecerdasan buatan untuk mempublikasikan berita dengan bantuan perangkat lunak bahasa.
Artikel dapat diproduksi dalam hitungan menit, bahkan detik. Semua yang dibutuhkan dalam kecerdasan buatan ini adalah data. Data tersebut dapat berupa angka, audio, atau video.
Melihat tren dan bias dalam skala besar
Memodifikasi data seringkali sulit dan memakan waktu bagi manusia, apalagi yang berhubungan dengan data berskala besar.
Namun bagi AI, hal ini dapat terselesaikan dalam waktu yang singkat.
Teknologi AI yang digunakan oleh jurnalis saat ini adalah untuk melacak tren utama dan ekonomi global yang dapat membantu membuat spekulasi dan tren yang akan datang pada masa depan.
Elemen lain yang menarik dan penting dari penggunaan AI dalam jurnalisme di era digital adalah membantu mengurangi kebiasan data. Penafsiran data dapat dilakukan secara cepat dan mudah oleh bot.
Meski terlihat dapat meringankan pekerjaan jurnalis di banyak bidang dalam mengolah konten, namun kecerdasan buatan tetap masih merupakan teknologi baru yang butuh banyak penyesuaian dan perbaikan.
Contoh-contoh tadi memberi harapan pada dunia jurnalisme bahwa penelitian kuantitatif dapat dilakukan dengan lebih mudah dan cepat dengan bantuan AI.
Dengan begitu dunia jurnalisme dapat berkembang karena laporan yang kaya akan data dapat dibuat secara otomatis dengan bantuan AI tanpa memakan banyak waktu, namun jurnalis ahli tetap dapat andil dalam memberi analisa yang kompleks dan mendalam.
Baca juga: Mengenal Digitalisasi Arsip dan Manfaatnya untuk Mencegah Pemalsuan dan Kehilangan Dokumen
Desain yang dipersonalisasi untuk pembaca
Kerangka kerja yang digunakan AI untuk membuat desain yang dipersonalisasi untuk pembaca sama dengan kerangka kerja yang digunakan untuk platform media sosial lainnya.
Pada dasarnya, bot AI dapat mendeteksi seberapa sering pembaca membaca bagian tertentu dari surat kabar.
Bot ini juga dapat mendeteksi antara lain jenis artikel, sifat surat kabar, dan demografi audiens.
Bagian ini juga dapat melihat audience behaviour, seperti jenis halaman yang lebih banyak dilihat oleh pengguna, sifat halaman, dan semua detail yang terkait dengan kehadiran online apa pun yang dimiliki pengguna.
Dengan demikian, AI mengumpulkan semua informasi dan menghasilkan desain yang dipersonalisasi untuk menarik pembaca berdasarkan preferensi pembaca sebelumnya.
AI khususnya dapat membantu media yang terutama beroperasi melalui kerangka kerja online.
Fakta bahwa artificial intelligence sekarang dapat menyesuaikan desain untuk pembaca berarti jurnalis web tidak perlu melakukan upaya ekstra untuk membuat artikel mereka lebih menarik dan menjangkau lebih banyak orang.
Kecerdasan buatan tidak mencuri pekerjaan jurnalis
Hasil dari survey menunjukkan bahwa kebanyakan responden setuju untuk mengadopsi teknologi berbasis AI untuk menunjang jurnalisme di era digital.
Tidak ada yang berharap mesin dapat menggantikan jurnalisme secara keseluruhan.
Tujuan yang dititik-beratkan pada penggunaan AI ini adalah untuk menggantikan pekerjaan rutin ke mesin untuk lebih meluangkan waktu agar jurnalis profesional dapat lebih fokus pada tugas lain yang bersifat investigasi dan engagement pembaca.
Teknologi AI tetap tidak bisa menggantikan jurnalis dalam beberapa aspek. Jurnalis tetap akan memutuskan tugas apa yang akan dikerjakan oleh AI berdasarkan alat seperti apa yang akan dibuat.
Pekerjaan repetisi pada bidang jurnalisme, seperti mengolah data, mengumpulkan hasil wawancara, menjaga agar kebocoran data tidak terjadi, memfilter komentar pembaca, atau membuat laporan berita merupakan pekerjaan yang dapat digantikan oleh kecerdasan buatan.
AI dapat melakukan banyak hal yang dapat menunjang pekerjaan di bidang jurnalisme. Hal ini dapat dilihat sebagai inovasi yang mengubah ruang redaksi.
Kolaborasi antara mesin dan manusia bukan tidak mungkin. Algoritma dan mesin bisa meningkatkan performa jurnalisme.
Namun AI tidak bisa bekerja dengan sendirinya, dan pengguna tidak bisa berharap AI dapat mengurus semua permasalahan yang ada.
Untuk mengoptimalkan fungsi AI di sektor mana pun, mensinkronisasi otak manusia dan teknologi dapat menghasilkan hasil yang sempurna.
Baca juga: Digitalisasi Perbankan Melalui Strategi Multi-Cloud, Sebuah Langkah Memajukan Ekonomi
Bagaimana pendapat Anda mengenai kecerdasan buatan pada jurnalisme di era digital?